11 Agustus 2009

Aku Panggil Dia Mama

Dia wanita tinggi putih berambut Pirang cat-an
Lagaknya seperti gadis seventeen, meski kadarluasa dilumat waktu
Lengak-lengok tonjolannya tak lagi menawan, tapi tetap merangsang libido 
Kemudian di samarkan kerutan dengan Make-up merk atas…sama seperti sisi kehidupannya.

Awalnyapun aku tak tahu…
Dia yang tak lagi muda menyadar pada sebelah dadaku
Bercerita dan mengoceh
Mendesir telinga berupaya meraba syaraf-syaraf halusku
Setelah itu meremas semua otot-otot dalam batok kepala  
Tapi semuanya tak berakhir, lagi dan lagi.

Bla…Bla…Blu…kamu tahukan?
 Weleh…Walah…Oalah…Kasihan deh aku!
  Ough…Uhuk…Cuih…Kamu ngertikan.

Dia wanita tinggi putih berambut Pirang cat-an
Jemarinya halus licin tak tersentuh efek detergen
Apalagi kuku-kukunya, 
Terawat rapih, karena dipergunakan bukan untuk cabe - bawang, dan bumbu dapur lainnya
Lipstik merah tak pernah absent dari bibirnya sebagai senjata rengekannya

Mmm…
Aku memanggilnya mama,
Mama yang sedang terkulai, tak perkasa dan sejumawa dahulu
Bak bayi mungil merapat dan mencengkram erat otot pundakku
Nyaman dalam kehangatan kemudian ia tertidur dipelukan
Mendengkur pulas isyaratkan terlindung dari nafsu sang butocakil 
Iya…butocakil yang selalu mengeluarkan liur dan desahan
menahan gelora pada kantung menyannya.

Mmm…
Aku memanggilnya mama,
Terkadang ia berlari menghampiriku, parasnya takut disembunyikan 
Memeluk dan manja meminta aku berlaga adu digjaya dengan sang buto
Raksasa yang lebih segalanya dariku…
Rakus memakan manusia bahkan sesamanya
Licik menjelma bak nabi pembawa risalah, padahal hanya iblis yang angkuh dan bodoh
Iya…hanya dua kali dari tujuh jurus ia menjatuhkanku


Mmm…
Aku memanggilnya mama,
Apalagi seluruh pertapaan berujar hal yang sama
Walaupun sorot matanya ingin menikmati.

Erlangga, 07 Januari 2007

Tidak ada komentar: