Oh Jakarta,
Ada yang hilang darimu hari ini
Sengat matahari murka hingga tak dapat aku rasakan
Debu-debu teman setiaku, kini menjauh
Ceriwisnya angin ngambek tak berteriak padaku
Butiran-butiran asinpun tak bermanja lagi dipunggungku
Oh Jakarta,
Dalam kencana ini kau terlihat manis
Rangkul diriku meski sekejap dalam urutan hidup
Pencakar langit melambai sambut kedatangan
Siap manjakan kapanpun aku berkehendak
Sementara gemerlap syahwat berkerling centil
Gelitik hasrat yang mengendap sejak penciptaan
Oh Jakarta,
Tak aku lihat dirimu seperti biasa
Kesemarawutan hidup dengan problematikanya
Kebisingan yang melebihi angka desibel
Kemacetan dipinggiran pasar kumuh
Kumpulan manusia pinggir jalan
Hiruk-pikuk pedagangnya saat menyambut pagi
Tak aku rasakan keberadaanmu saat ini
Apakah kau berdandan jika aku dalam kotak hitam ini
Ataukah kau hanya miliknya
Oh Jakarta
Kau asing dibalik kaca ini
Keberadaanmu kini bagai mimpi sesaat
Hingga tak tampak lagi bayangku ditrotoarmu
Berpeluh dan mengusap kening demi sebuah harapan
Ya…harapan puluhan juta manusia
Berlomba untuk rasakan apa yang aku rasakan saat ini
Lanasetra,
Erlangga, 27 Januari 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar